Hebatnya lagi... Model rumah itu sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki metode untuk membuat Rumah Tahan Gempa.
Rumah itu merupakan Rumah Adat dari masyarakat Nias, tepatnya berada di Desa Bawomataluwo, Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan.
Bawomataluo, artinya Di bawah Matahari.Menurut pengamatan beberapa orang, Oma Ada ini menjadi tahan gempa karena struktur yang dibuat terbuat dari balok-balok kayu utuh tanpa paku dan tidak rapat. Maksudnya, selalu ada rongga dari bagian - bagian rumahnya, yang dapat meredam goncangan.
Omah Ada Ombua (rumah Raja Adat - Nias) |
di antara struktur pondasi rumah Ada |
Saya sendiri kurang paham mengenai arsitektur atau teknik sipil. Tapi tidak mengurangi kekaguman saya atas warisan intelektual nenek moyang bangsa Indonesia.
Masyarakat desa Bawomataluo yang sudah familier dengan kedatangan tamu dan turis, menjadikan mereka sangat welcome dengan orang luar. Tidak segan - segan mereka menunjukkan apa yang kita ingin tahu. Juga dengan hasil kerajinan atau keahlian mereka.
Icon yang paling terkenal dari desa ini adalah Lompat Batu. Keahlian para pemuda lokal untuk melompati tumpukan batu setinggi 2 meter tanpa alat.
Lompat Batu ini dilakukan hanya oleh para pemuda (laki - laki), yang sudah dilatih sejak kecil. Saat ini hanya ada 4 pemuda yang mampu melakukan tradisi Lompat Batu ini.
saya dan para pelompat batu |
Hal lain yang menarik dari desa Bawomataluo adalah Kerajinan Ukir yang khas. Patung, ornamen, dan sebagainya. Namun, kini hanya ada 1 orang saja yang dapat menghasilkan kerajinan ukir tersebut.
Dedikasi beliau sangat tinggi. Bahkan beberapa hasil karyanya sudah belasan tahun tidak ada yang membeli, bukan karena tidak laku, tapi lebih karena tidak ada yang tahu. Pemasaran kerajinannya tidak didukung oleh pemerintah.
Pengrajin Ukir Nias |
Yang sungguh sangat disayangkan, sebenarnya masalah klasik, adalah perhatian dari pemerintah baik pusat maupun daerah. Tidak adanya kesadaran bahwa kearifan lokal dari warisan budaya bangsa merupakan aset tak ternilai. Bukan hanya untuk dilestarikan atau sekedar tontonan turis belaka, tapi perlu adanya kajian - kajian menyeluruh yang kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat modern.
Justru negara lain yang kini menyadari adanya keunggulan dari budaya Indonesia. Jangan sampai kemudian diakui menjadi kekayaan intelektual mereka. Seperti pada Oma Ada, beberapa peneliti dari Jepang sudah berkali - kali mempelajarinya, mereka rela memberikan dana bantuan untuk pembangunan Oma Ada yang mencapai 400 juta rupiah per rumah. Sedangkan pemerintah Indonesia sendiri, hanya memberikan bantuan alat kerajinan yang bahkan tidak dapat digunakan karena tidak sesuai dengan kebutuhan.
No comments:
Post a Comment